Rencana Jalur pendakian gunung yang
akan di daki
Gunung Rinjani : Jalur pendakian, sembalunàßsembalun
Gunung Agung : Jalur pendakian, Besakih àßBesakih (jalur pura)
Gunung Raung :
jalur pendakian, Bondowosoàßsumber waringin
Gunung Argopuro :
Jalur pendakian, BaderanàßBaderan
Gunung Semeru : Jalur
pendakian, Ranu PaneàßRanu Pane
Gunung Arjuno : Jalur pendakian, TrestesàßTrestes
Gunung welirang :
Jalur Pendakian, trestesàßtrestes
Gunung Lawu :
Jalur pendakian, Cemoro sewuàßcemoro sewu
Gunung Merbabu :
Jalur pendakian, Seloàßselo
Gunung sundoro : Jalur
pendakian, KledungàßKledung
Gunung Sumbing : Jalur
pendakian, Lama àßLama (garung)
Gunung Slamet : Jalur pendakian, BlambanganàßBlambangan
Gunung Ciremai : Jalur Pendakian, ApuiàßApui
Gunung Pangrango :
Jalur pendakian, CibodasàßCibodas
 |
doc. foto expedisi 2011 di Pos Pendakian Sembalun |
Pendakian Jalur Rinjani
Jalur Sembalun (Timur)
Jalur ini menjadi pilihan utama bila tujuan
pertama anda adalah Puncak Rinjani, jalur didominasi oleh padang savana luas,
pohon-pohon cemara gunung seperti malu-malu bergerombol di tengah-tengah
ilalang, dari pintu gerbang sampai pos Padabalang anda bisa lalui antara 4-6
jam perjalanan, diantara ilalang bisa anda temukan jejak-jejak letusan berupa
sungai-sungai dalam berisi pasir dan batu hitam, anda juga kemungkinan akan
bertemu dengan api-sapi yang jumlahnya dapat diperkirakan lebih dari seribu
ekor di padang ilalang ini.
Mataram-Sembalun
Mataram-Sembalun bisa ditempuh dalam 2-3 jam
perjalanan darat, bila menggunakan kendaraan carter anda bisa langsung menuju
Sembalun, namun jika anda menggunakan kendaraan umum dari Mataram, anda harus
turun di Aikmel untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Sembalun dengan
kendaraan umum lainnya. Jika anda menggunakan kendaraan umum kami sarankan anda
berangkat dari Mataram lebih pagi, karena kendaraan yang melayani jalur Aikmel
- Sembalun hanya sampai jam 12 siang saja. Di Sembalun anda juga bisa memesan
paket-paket perjalanan dan mencari jasa Guide dan Porter, Informasi lebih
lanjut anda bisa menghubungi petugas Taman Nasional di pos jaga Sembalun atau
Koperasi Wisata Rinjani Information center (RIC) di pintu masuk Sembalun.
 |
doc. Foto Gunung Agung Bali Expedisi 2011 |
Pendakian Jalur g.Agung
pura besakih
Jalur pendakian melalui Pura Besakih adalah
jalur umum/normal yang kebanyakan dipilih oleh para pendaki. Melalui jalur ini
anda akan mendapat suguhan pemandangan Gunung Agung yang mengesankan dari
sepanjang perjalanan. Juga akan menyaksikan masyarakat setempat yang melakukan
peribadatan rutin di Pura Besakih, mengagungkan nama Tuhannya di tempat
peribadatan yang cukup terkenal ini.
Melewati jalur Pura Besakih, para pendaki
diharapkan mempersiapkan persediaan air yang cukup banyak, karena di sepanjang
perjalanan tidak tersedia sumber air yang memadai. Meski di batas hutan
terakhir terdapat sumber mata air, namun tidak diperkenankan untuk diambil
karena mata air tersebut di sucikan oleh masyarakat setempat sebagai tempat
yang suci untuk ritual peribadatan.
Melewati jalur pendakian Pura Besakih, anda
akan melewati jalan-jalan setapak yang relatif sempit, jika berpapasan dengan
pendaki lain atau masyarakat terasa sedikit berhimpit sehingga salah satu perlu
mengalah agar tidak bertabrakan. Lebih-lebih jika berpapasan dengan masyarakat
yang sedang beriring-iringan membawa berbagai macam sesajian untuk upacara
peribadatan keagamaan mereka. Sebelum melakukan pendakian anda perlu tahu
tentang jadwal-jadwal penting upacara keagamaan mereka, lebih baik menunda
jadwal sehari-dua hari dari pada harus memaksakan diri. Disamping menghormati
ritual dan adat setempat, proses perjalanan anda tidak akan banyak terganggu
karena harus sering mengalah oleh iring-iringan.
Pendakian jalur g.Raung
Untuk mencapai puncak Gunung Raung, Jalur dari
arah Bondowoso-Sumber Wringin adalah jalur paling sering digunakan sebagai
jalur pendakian, sedangkan jalur dari arah Banyuwangi-Bajulmati yang jarang
dilalui karena medan pendakian yang cenderung menanjak dan curam. Dari arah
Bondowoso kita menuju ke Wonosari dengan minibus lalu kita teruskan menuju ke
desa Sukosari . Dari desa Sukasari kita teruskan ke desa Sumber Wringin dengan
naik kendaraan angkutan pedesaan. Perjalanan membutuhkan waktu 1,5 jam.
Di Sumber Wringin kita turun di pasar. Dari
Pasar Sumber Wringin kita menuju jalan kearah Pondok Motor yang letaknya
sekitar 200 meter. Selama perjalanan dari Sumber wringin ke arah Pondok Motor
(1 jam) melalui pohon - pohon pinus yang tertata rapi dan di sekitar jalan akan
menjumpai beberapa pondok di ladang penduduk dan bisa di gunakan untuk
istirahat. Dari Sumber Wringin bisa juga naik kendaraan tetapi jarang, hanya
truk milik perkebunan kopi.
Setelah sampai di Pondok Motor akan menjumpai
sebuah pondok pendaki. Dari Pondok Motor perjalanan pendakian kita mulai
melewati tegalan sepanjang 0,5 Km ke arah Barat Daya,. Kemudian berjalan
sekitar 30 Menit akan sampai di ketinggian 1.300 m.dpl . Dari sini perjalanan
kita lanjutkan menuju ketinggian 1.600 m.dpl yang membutuhkan waktu 30 menit .
Pendakian jalur g.Argopuro
Jalur Baderan
Untuk capai Desa Baderan, dari Surabaya kita
menuju Probolinggo dengan bis. Kemudian diteruskan menuju Banyuwangi turun di
Besuki. Dari Besuki diteruskan menuju Besa Baderan (725 m.dpl), yang jaraknya
22 km dari Besuki, dengan menggunakan angkutan umum (Rp. 1500, siang).
Sebelum mendaki kita harus melapor pada
petugas KSDA dan polisi setempat untuk meminta ijin dan menyiapkan air disini,
karena air hanya akan kita jumpai di Sumber Air (5 jam perjalanan dari
Baderan). Dari Baderan kita menuju Cemoro Panjang (2.141 m.dpl), selama 7 jam
perjalanan, melewati Sumber Air (1.710 m.dpl). Hutan yang dilalui adalah hutan
pinus dan hutan alam. Dari Cemoro Panjang kita menuju Alun-alun Kecil (2.040
m.dpl), kurang lebih 1 jam 15 menit, dan dilanjutkan menuju Alun-alun Besar
atau yang lebih dikenal dengan Sikasur (2.500 m.dpl), selama 2 jam 45 menit.
Perjalanan 3 jam dari Cikasur kita sampai di
Aeng Poteh atau persimpangan Cisentor, pertigaan Baderan - Puncak - Bremi.
Turun dari puncak Argopuro, kita dapat memilih turun lewat Bremi selama 11 jam,
atau kembali lewat Baderan selama 13 jam.
Sikasur, berupa padang rumput yang luas,
sangat bagus untuk dijadikan camp, karena terdapat sungai kecil yang mengalir
jernih dihiasi tumbuhan Selada air (penduduk setempat menyebutnya Arnong). Di
Sikasur ini juga terdapat bekas lapangan terbang yang dibuat oleh A.J.M
Ledeboer pada tahun 1940-an. Lapangan terbang tersebut, konon digunakan untuk
kegiatan pembudidayaan rusa yang didatangkan dari luar, sisa-sisa populasi
masih ada tetapi semakin berkurang.
Jika ingin mendaki Gunung Argopuro, terlebih
dahulu kita harus meminta ijin ke BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam)
Jawa Timur di Surabaya Atau bisa juga ke Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Jawa Timur II dengan alamat, Jl. Jawa 36, Jember 68101, telp. (0331) 85079. Di
Bremi, kita harus melaporkan diri dulu di Pos Sub KSDA Pegunungan Yang Barat di
Krucil, terletak 2 km sebelum Bremi.
Jalur pendakian g.semeru
Jalur Senduro–Lumajang
Jalur ini relatif sepi bagi pendakian karena
belum begitu terkenal di kalangan pendaki, Akses transportasi juga masih agak
susah dijumpai untuk menuju ke Ranu Pani dari Senduro. Bila kita melewati jalur
sini kita bisa menikmati hutan hutan yang masih relatif alami dan tempat
persembahyangan agama hindu di Senduro yang merupakan pura terbesar di Jawa.
Dari Senduro ke Ranupani membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam perjalanan bermotor.
Dari setelah tiba di Ranupani perjalanan sama dengan jalur Tumpang –Malang.
Jalur Pendakian g. Arjuno-welirang
Jalur Pendakian
Gunung Arjuno, dapat didaki dari beberapa
arah, yaitu arah Utara (Tretes) melalui Gunung Welirang, dari arah Timur
(Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta).
Jalur Tretes-Welirang
Dari Surabaya kita naik bis jurusan Malang
atau sebaliknya, turun di Pandaan dan ganti minibus ke jurusan Tretes. Tretes
(860 m.dpl) ‘merupakan Tempat Wisata dan Hutan Wisata. Di situ juga terdapat
dua air terjun yang indah, yaitu air terjun Kakek Bodo. Di Tretes banyak
tersedia hotel maupun losmen, hawanya sejuk dan merupakan tempat peristirahatan
yang nyaman.
Welirang
Setelah mendaftar di Pos PHPA Tretes, yang
terletak dibelakang Hotel Surya, kita dapat langsung mendaki Gunung Welirang
dan juga Gunung Arjuno. Kita dapat menjumpai sungai kecil dipertengahan antara
Tretes dan Pondok Welirang (terdapat Shelter). Setelah berjalan sekitar 4 - 5
jam ke arah barat daya dari Tretes, melewati hutan tropika Lali Jiwo, kita
dapat berhenti dan bermalam di Pondok Welirang. Di tempat istirahat para
penambang biji belerang ini, kita dapat mengambil air dan memasak atau mandi,
karena air cukup melimpah. Hampir setiap hari sekitar 20 - 30 orang buruh
mencari dan membawa batu belerang ke Tretes, yang merupakan pemandangan unik.
Jalur pendakian g.lawu
Gerbang Jawa Timur ,lewat Desa Cemoro Sewu
Desa Cemoro Sewu (1.800 m dpl) kecamatan
Plaosan Kabupaten Magetan merupakan gerbang pendakian dari jalur Jawa Timur
adalah daerah yang sangat subur. Daerah yang dihuni 20 keluarga dengan mata
pencaharian utama adalah bertani ini tampak hijau, bersih sehingga menyejukkan
mata yang melihatnya.
Penduduknya sangat rukun, suka gotong-royong,
ramah terhadap para pendatang dan sangat peduli terhadap kebersihan
lingkunganya, ini terbukti dengan didapatnya tropi Jawa Timur tahun 1991 dan
Kalpataru untuk katagori Pengabdi Lingkungan tahun 1992 oleh Bapak Sardi
Kamituwo desa Cemoro Sewu.
Jalur yang dimulai dari Cemoro Sewu (1.800
m.dpl) ini adalah yang paling sering digunakan untuk pendakian, panjangnya 6.5
km, berupa jalan makadam mulai desa sampai mendekati puncak. Di desa Cemoro
Sewu ini kita mempersiapkan air untuk perjalanan naik dan turun. Kita akan
melewati hutan pinus dan akasia di sisi kiri dan kanan sampai pada ketinggian
lk 3.000 m dpl. Dalam pendakian ini kita akan melewati 4 buah pos pada
ketinggian 2.100 m, 2.300 m, 2.500 m dan sampai di pos IV dengan ketinggian
2.800 m dpl dengan waktu 4 - 5 jam. Setelah pos IV ini pepohonan mulai rendah
sampai kita harus menyusur punggungan, jalannya berupa tanah mendatar dan di
sisi kanan terdapat jurang.
Jalur pendakian g.Merbabu
Jalur Selo
Untuk mencapai Desa Selo yang merupakan desa
terakhir yang di lalui oleh kendaraan umum, dari arah Solo kita naik bus
jurusan ke Boyolali kemudian naik lagi menuju Selo (20 km) yang terletak pada
ketinggian 1.460 m.dpl (lihat jalur pendakian Gunung Merapi lewat selo).
Setelah sampai di Desa Selo kita turun di
pasar kemudian berjalan menuju Pos Polisi yang terletak tidak jauh, sekitar 100
m. Jalan menuju kampung terakhir dimulai di depan Pos Polsek ini. Sebelum
langsung mendaki mintalah ijin terlebih dahulu di Pos Polisi ini.
Perjalanan kita mulai menuju ke kampung Tuk
Pakis yang merupakan Kampung terahkir untuk mencapai puncak Gunung Merbabu.
Untuk tiba di kampung ini perjalanan melewati jalanan berbatu melalui Kampung
Jarakan (1.580 m dpl) dan kampung Selo Tengah sekitar 1 jam perjalanan dari Pos
Polisi.
Dusun Tuk Pakis terletak pada ketinggian 1.800
m.dpl, merupakan perkampungan kecil. Mata pencaharian sebagian besar penduduk
dusun ini dengan bertani sayur-sayuran. Untuk persediaan air sebelum mendaki
sebaiknya mengambil di kampung ini karena sumber air tidak kita temui lagi
sepanjang pendakian ke puncak Gunung Merbabu. Setelah sampai di kampung ini
kita bisa bermalam di rumah pak Soenarto atau dirumah Pak Prawiro (juru kunci
Gunung Merbabu) dan meneruskan perjalanan pada pagi harinya atau malam hari.
Dari rumah Pak Sunarto/Prawiro kita berjalan
menuju ke arah batas ladang dan hutan yang tidak terlalu jauh. Dari batas hutan
dan ladang perjalanan di teruskan di jalan setapak yang akan menemui banyak
percabangan menuju ke atas tetapi jalanan akan bertemu di satu tempat yaitu di
jalan pertigaan pertama.
Dari pertigaan pertama kita menuju ke jalan
yang lurus atau ke arah kanan sama saja, mulai akan bertemu di percabangan
jalan. Dari percabangan kita ambil jalan ke arah kiri yang melewati sebuah
bukit maka kita akan sampai di Dok Jarakan (45 menit), lalu jalan ke arah kanan
kita akan sampai di Dok Malang. Perjalanan dari Dok Jarakan ke Dok Malang di
butuhkan waktu sekitar 30 menit.
Jalur pendakian g. Sundoro
Rute Pendakian
Gunungapi ini mudah dicapai dari segala
jurusan, dari sebelah timur dari Magelang, dari sebelah barat dari
Banjarnegara, dari arah utara dari
Candiroto atau Melayu, sedangkan dari arah selatan dari Purworejo. Untuk mendaki gunung Sundoro terdapat dua
jalur umum yang biasanya dipergunakan, yaitu; lewat Desa Kledung dan lewat Desa
Sigedang (Tambi).
Jalur Kledung
Untuk mencapai Desa Kledung, dari arah Magelang
naik bus ke jurusan Wonosobo atau sebaliknya, turun di Desa Kledung disebelah
Restoran Dieng Pass. Perjalanan dari arah Wonosobo hanya 3 Km. Untuk sarana
penginapan di Kledung masih belum tersedia, penginapan hanya ada di Wonosobo
atau Magelang, tetapi kita bisa menginap di rumah Kepala Desa atau di rumah
masyarakat setempat.
Jalur pendakian g. sumbing
Untuk
mencapai puncak Gunung Sumbing terdapat satu jalur utama yaitu lewat Kampung
Butuh, Desa Garung, Wonosobo. Desa Garung merupakan desa yang terletak di kaki
sebelah kanan Gunung Sumbing dan sebelah kiri lereng Gunung Sindoro. Masyarakat
desa ini sebagian besar bermata pencaharian dengan bertani. Jumlah penduduk
desa Garung juga tidak terlalu banyak tapi kelihatan sangat makmur.
Desa
Garung (1.543 m dpl) merupakan desa terakhir menuju ke puncak Gunung Sumbing,
dapat dengan mudah kita capai karena letaknya yang dilalui jalur Bus/minibus
dari arah Magelang menuju ke Wonosobo atau sebaliknya.
Dari
Magelang kita naik bus jurusan ke Wonosobo dan turun sebelum Kota Wonosobo
sekitar 16 Km tepatnya di Gapura Desa Garung (Pasar Reco). Untuk mencapai jalan
pendakian yang menuju ke puncak Gunung Sumbing dari Gapura Desa Garung kita
menuju ke Kampung Butuh melalui jalan berbatu, sekitar 0,5 jam dengan jalan
kaki atau naik ojek.
Setelah
sampai di Kampung Butuh, kita melapor pada pak Zamroni, Kamituwo kampung ini
untuk minta ijin pendakian ke Gunung Sumbing. Di rumahnya ini kita bisa
bermalam untuk melanjutkan pendakian esok hari atau istirahat sebentar dan
melanjutkan pendakian pada malam hari. Untuk kebutuhan air sebaiknya
dipersiapkan dikampung ini, karena selama perjalanan kepuncak tidak ada mata
air dan kalau kita memerlukan pemandu gunung (porter) kita bisa mendapatkan di
desa ini.
Dari
Kampung Butuh ini terdapat dua jalur pendakian yaitu Jalur Baru dan Jalur Lama.
Jalur Baru di buka karena jalur lama sudah terkena erosi yang menyebabkan jalur
agak sulit untuk dilalui. Panjang jalur dari Desa Garung sampai ke puncak
Gunung Sumbing lewat jalur lama, 7 Km dan Jalur Baru, sepanjang 0,5 Km.
Jalur Lama
Dari
Kampung Butuh, perjalanan kita lanjutkan menuju perbatasan antara hutan dengan
ladang jaraknya sekitar 4,5 Km dari kampung Butuh, maka kita akan sampai di
Boswisen. Di Boswisen ini terdapat sungai kecil, bila musim hujan terdapat air
dan bisa kita pergunakan untuk keperluan memasak dan minum.
Setelah
sampai di Boswisen perjalanan kita teruskan menuju pertigaan yang dinamakan
Bukit Genus, sekitar 2 jam melalui tanjakan - tanjakan yang cukup melelahkan.
Setelah sampai di Bukit Genus kita bisa beristirahat sebentar sambil menikmati
pemandangan karena lokasinya yang cukup datar, lalu perjalanan kita teruskan
lagi melewati banyak tanjakan terjal menuju Pestan atau Pasar Setan (2.437 m
dpl), selama 2 jam perjalanan. Kawasan Pestan banyak di tumbuhi rerumputan, dan
seringkali terjadi badai yang menerpa wilayah ini sehingga mengakibatkan bahaya
saat melakukan pendakian.
Jalur pendakian g. slamet
Jalur Bambangan
Untuk menuju Bambangan (1.470 m.dpl), dari
Purwokerto kita naik Bis ke jurusan Bobotsari Kabupaten Purbalingga. Di
Bobotsari kita sebaiknya melengkapi perbekalan yang masih diperlukan, dan
disini tersedia fasilitas Telpon Interlokal(WARTEL). Dari terminal Bobotsari
naik Primkodes (minibus) menuju Pasar Priatin di Desa Kutabawa Kecamatan
Karangrejo. Dari Priatin kita berjalan sejauh 2,5 km menuju dusun Bambangan,
karena hanya sesekali saja daa truk pengangkut yang melewati jalan tanah yang
lembek dan berbatu ini. Kita juga bisa turun di Dukuh Penjagan (Serang), 2 km
sebelum Priatin dan berjalan ke Bambangan sejauh 2,5 km melewati perladangan.
Bila kita dari arah Pemalang, kita naik Bis jurusan Purwokerto, turun di
Karangrejo, pertigaan ke Goa Lawa, dan naik minibus sejauh 7 km ke Priatin.
Dusun Bambangan merupakan hunian terakhir
menuju Gunung Slamet, disini kita harus mengisi persediaan air, karena
sepanjang pendakian, sulit ditemui mata air, terutama dimusim kemarau. Dusun
Bambangan dihuni oleh kira-kira 900 penduduk, yang mengandalkan kehidupannya
dengan bercocok tanam sayuran.
Di batas Kampung Bambangan, kita akan
menjumpai Pondok Pemuda, sebuah gedung yang besar dan cukup megah yang dibangun
Pemerintah Daerah Purbalingga untuk para pendaki. Setelah melapor ke Pak
Mucheri, pendakian dimulai dari Pondok Pemuda, dimana ada jalan bercabang, yang
kekanan merupakan jalur lama, kita bisa mengambil jalan yang lurus, karena rute
yang baru ini lebih pendek.
Setelah perladangan kita akan memasuki kawasan
Hutan PERHUTANI, dimana kita akan jumpai sebuah tempat berlindung (Shelter). Dari
sini kita mendaki selama 0,5 Km dan akan melewati tempat yang disebut Pondok
Gembirung (2.250 m.dpl) yang merupakan hutan alam, yang banyak ditumbuhi Pohon
Gembirung. Dari sini sejauh 0,5 Km akan dijumpai Pondok Walang (2.500 m.dpl),
berjalan lagi sejauh 0,5 Km kita akan menemui Pondok Cemara yang disekitarnya
banyak ditumbuhi pepohonan Cemara.
Dari Pondok Cemara kita terus mendaki sejauh
1,5 Km menuju Pondok Samanrantu (2.900 m.dpl) disini ada pondok peristirahatan
sederhana. Diperlukan waktu 4-5 jam untuk mencapai Samarantu dari Bambangan,
dan 2 jam lagi untuk mencapai Puncak. Dari Samanrantu perjalanan diteruskan
sejauh 0,3 km menuju Samyang Rangkah yang dimusim hujan ada mata air, berjalan
sejauh 0,6 km lagi melewati Samyang Kendit dan Samyang Jampang (2.950 m.dpl)
kita akan sampai di Samyang Ketebonan (3.000 m.dpl). Di Samyang Jampang banyak
ditumbuhi bunga Edelweis yang sekarang nyaris punah, dan kita bisa menyaksikan
matahari terbit dari tempat ini. Kita terus naik ke Plawangan (3.250 m.dpl)
yang merupakan perbatasan hutan dan daerah berbatu. Menuju puncak Gunung Slamet
masih dibutuhkan waktu 1 jam lagi, melewati batu-batu lahar yang amat sukar,
berupa batu lepas dan tajam, kita harus lebih waspada di daerah ini.
Setelah tiba di puncak akan terlihat hamparan
padang lahar yang luas dan menakjubkan. Kita juga dapat menyaksikan pemandangan
yang menakjubkan ke arah kawah-kawah yang masih aktif, yang dinamakan Segoro
Warian dan Segoro Wedi. Di puncak Gunung Slamet kita juga dapat menyaksikan
panorama yang indah kearah puncak-puncak Gunung Sindoro, Gunung Sumbing dan
Gunung Ciremai juga kearah kota Tegal, Purwokerto, Brebes, dan di kaki langit
membentang Samudra Hindia dan Laut Jawa. Untuk memantau kondisi vulkanisnya,
Puncak Gunung Slamet dilengkapi pemantau gempa yang datanya ditransmisikan
lewat pemancar radio dengan menara antena setinggi 18 meter.
Pendakian dari Bambangan menuju puncak Gunung
Slamet ini memerlukan waktu sekitar 8 jam, sedangkan untuk turun dibutuhkan
waktu sekitar 4 jam. Setelah pendakian kita bisa pergi ke Baturaden yang
merupakan kawasan wisata, dimana tersedia banyak hotel dan penginapan dan
fasilitas wisata lainnya. Di Baturaden kita dapat menikmati panorama lereng
Gunung Slamet dengan amat indah, mandi air pnas dan berenang dengan biaya
murah.
Jalur Pendakian g. ciremai
Jalur Maja (via Apui, Cipanas )
Untuk
mencapai kampung Apui, Cipanas. Dari arah kota Cirebon naik bus menuju ke
Majalengka, lalu dilanjutkan dengan naik minibus menuju ke Maja (556 m dpl).
Setelah sampai di Maja kita turun dan naik lagi Angkutan Pedesaan menuju ke
Desa Cipanas. Di Desa Cipanas kita akan menemui lahan bekas perkebunan Teh
Argalingga yang sangat luas tapi sekrang telah berubah menjadi lahan
sayur-sayuran. Di sini saat matahari tenggelam di ufuk barat pemndangannya
sangat indah.
Dari
desa Cipanas, perjalanan kita teruskan menuju ke kampung Apui (1.100 m
dpl) dengan angkutan pedesaan. Setiba di kampung Apui kita mempersipakan
kebutuhan air karena sepanjang jalur pendakian tidak terdapat mata air. Kampung
Apui, Mayoritas penduduknya Sunda dan bermata pencaharian sebagai petani
sayur-sayuran. Jalan masuk ke kampung ini banyak terdapat tanjakan - tanjakan
dengan kemiringan hampir 70 derajat.
Awal
pendakian dimulai melewati perladangan dan hutang produksi selam 3-4 jam kita
akan sampai di Berod. Disini kita akan menemui pertigaan, kita ambil yang ke
arah puncak). Setiba di Berod perjalanan kita teruskan menuju ke Simpang
Lima (Perempatan Alur), perjalanan memakan waktu sekitar 0,5 jam dari
Berod, lalu di teruskan menuju Tegal Mersawah. Di Tegal Mersawah perjalanan
langsung kita teruskan menuju ke Pangguyangan Badak. Disini kita bisa
beristirahat. Perjalanan kita teruskan 2 jam lagi kita akan sampai di Tegal
Jumuju (2.520 m dpl).
Jalur
pendakian g. Pangrango
Jalur
Cibodas
Perjalanan
dimulai melalui sebelah pintu gerbang Kebon Raya Cibodas (1.425 m.dpl), dengan
mengikuti jalan disamping lapangan golf, dan kemudian kita berbelok ke kiri,
sedikit mendaki dan menjumpai Kantor Resort TNGP Cibodas, yang merupakan
gerbang TNGP, dimana kita mendaftar dan membayar tiket masuk. Kita kemudian
mengikuti jalan setapak yang sudah diperkeras, dan disepanjang perjalanan
dipenuhi rambu dan pal kilometer yang memudahkan perjalanan. Kita menuju
Kandang Badak dan melalui hutan tropika yang indah. Kira-kira 1,5 km perjalanan
dari Gerbang, kita akan dapati sebuah danau kecil yang dinamakan Telaga Biru
(1.500 m.dpl).
Kemudian
akan kita jumpai Rawa Gayang Agung (1.600 m.dpl), yang merupakan padang rumput
dan tanaman perdu. Pada ketinggian 1.628 m.dpl, kita akan sampai pada
dipertigaan yang dinamakan Panyancangan Kuda, kira-kira 1 jam perjalanan dari
Gerbang (km. 2,3). Berjalan kira-kira 10 menit dari Panyancangan kuda ke arah
kanan, akan kita jumpai Air Terjun Cibeureum yang indah. Air Terjun Cibereum
(1.675 m.dpl) tingginya antara 40 - 50 meter, terdiri dari air terjun utama
(Curug Cidendeng), juga ada dua air terjun yang lebih kecil (Curug Cikundul dan
Curug Ciwalen). Air terjun ini juga salah satu tempat wisata yang paling sering
dikunjungi di Kawasan TNGP. Bila kita ingin memasuki kawasan air terjun Cibeureum
harus membeli tiket masuk.
Selanjutnya
kita sampai di Batu Kukus ( 1.820 m.dpl), dimana dapat kita jumpai sebuah
pondok untuk berteduh. Berjalan sampai pada ketinggian 2.150 m.dpl (kira-kira
2.5 jam perjalanan dari gerbang), kita akan sampai pada Pondok Pemandangan,
dimana kita bisa beristirahat dan menikmati pemandangan sekitar. Hanya 5 menit
berjalan dari pondok ini kita akan menjumpai air panas yang berasal dari sumber
dekat Kawah Gunung Gede, dimana suhu air dapat mencapai 50 · C
Perjalanan
kira-kira 3.5 jam dari gerbang, kita akan sampai di Kandang Batu atau Lebak
Saat (2.220 m.dpl). Ditempat ini banyak dijumpai batu yang berasal dari letusan
Gunung Gede. Disini juga dapat dijumpai sebuah sumber air, juga tanah datar dimana
kita bisa mendirikan tenda.
0 komentar: